Kamis, 31 Maret 2016

Tugas Softskill B Inggris - 3 Karangan

Karangan Pertama - Daily Activity

Hello, my name is Andhika, this is my daily activity. Every single day i wake up at 6 AM. I have my breakfast, take a bath, and get ready to go to campus. I go to campus from sunday till saturday. . My campus, Gunadarma University is located at Margonda and Kelapa Dua.. I go to campus by bike. It takes 45 mins if there is no traffic jam. Almost every day i go home when sun goes down. Such a tiring routines. And i will keep doing this routines for the next 4 years till i graduated form college. But i will keep doing it for my parents and my future. 

Karangan Ke dua - Unforgetable Momment

Now i gonna tell you about my unforgetable momment. Long long ago my familly had a economy crysis condition. And at a time i was go to school in Surabaya while my familly in Jakarta. When the holiday come, i planning to go home to Jakarta with my sister. My parents dont have enough money to buy 2 train ticket for me and my sister. So we just buy 1 economy ticket and recklessly take that train together hopefully can bribe the train officer. So the time comes when we're in the train and the train officer go to each pasengger to check the ticket. i was panic at that momment. My sister give the ticket with the bribe money. The officer look confused and ask what the money for. My sister and i explain our condition and then the officer pity for us. Then he let us go to jakarta with just 1 ticket. Thanks God my familly condition is better now and i learn that life is not that easy sometimes. This is a true story.

Karangan ke Tiga - My Future

Now we will talk about my future. When i was a kid i have many dream, such as be a pilot, soldier, etc. When im in highschool i start to recognize my true passion, business. Id like to buy others item and then sell it with higher price. I often do it when im was in highschool, buy my friend shoe then sell it on online shop with higher price. When i graduated from highschool in Surabaya, i go back to Jakarta. There, me and my friends open a small coffe shop with all of employee is my friends. We have many experience from that coffe shop. Now i quit from that job and focus on college. I hope soon i can open my own coffe shop and be a succes young business man. I will start with a small coffee shop with just 3 employee, so i can learn how to control the outcome and income carefully and structured. I hope my dreams come true with Gods help and my great effort in it.

Jumat, 01 Januari 2016

Pendapat tentang teroris ( Tugas 3 IBD Manajemen Gunadarma)

Menurut saya teroris ada suatu organisasi yang memaksaan kehendak atau tujuan mereka dengan cara kekerasan, dan menjunjung sesuatu yang salah atau tidak sesuai dengan nilai nilai di masyarakat. Teroris seringkali membahayakan dan tidak jarang yang memakan korban. Teroris dapat muncul dimana saja dan kapan saja. Biasanya dipicu oleh kesenjangan ekonomi atau masalah kekuasaan. Menurut saya teroris tidak seharusnya ada dan harus dibasmi karna membahayakan dan bersifat kriminal.

Lirik lagu Indonesia yang bicara tentang Indonesia

Pengusaha-pengusaha kongsi dengan penguasa 
Walau sudah kaya masih kurang juga 
Hukum direkayasa hanya buat yang kaya 
Yang jadi korbannya, RAKYAT JELATA

Yak lirik tersebut saya ambil dari lagu Navicula - Mafia Hukum.
Menurut saya lirik tersebut sangat ngena dengan sistem di negara kita saat ini, banyak pengusaha bekerja sama dengan si penguasa atau si pemerintah untuk mendapatkan akses sumber daya dengan resiko merugikan rakyat kecil. Sebagai contohnya mengambil alih lahan pertanian warga untuk membuka pabrik, mudah saja bagi mereka membayar si penguasa ini untuk membantu mereka mengakui tanah rakyat asal ada pelicinnya. Prihatin dengan keaadaan pemerintah yang seperti itu, semoga ke depannya bisa lebih baik. Sekian analisa saya

Prosesi Pernikahan Adat Jawa Timur ( Tugas IBD Manajemen Gunadarma)

Susunan (Tata Cara) Pernikahan Adat Jawa


Susunan Acara Upacara Pernikahan Adat Jawa

Pernikahan atau sering pula disebut dengan perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan setiap orang. Masyarakat Jawa memiliki sebuah adat atau cara tersendiri dalam melaksanakan upacara sakral tersebut,Upacara Pernikahan Adat Jawa. Upacara Pernikahan Adat Jawa dimulai dari tahap perkenalan sampai terjadinya pernikahan atau akad Nikah.
Tahapan-tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa tersebut memiliki simbol – simbol dalam setiap sessionnya, atau biasa kita sebut sebagai makna yang terkandung dalam tiap tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa. Adapun

Upacara Pernikahan Adat Jawa

Tahapan – tahapan dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa adalah sebagai berikut.



Nontoni
Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria. Di rumah itu, para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya sekilas. Pertemuan sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan makanan ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh keluarga calon pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon pengantin wanita dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.

Nakokake/Nembung/Nglamar
Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan menanyakan beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi calon mempelai wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari calon pengantin pria memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk berbesanan. Lalu calon pengantin wanita diajak bertemu dengan calon pengantin pria untuk ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon pengantin wanita setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan utusan untuk melakukan kekancingan rembag (peningset).
Peningset ini merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin wanita sudah diikat secara tidak resmi oleh calon pengantin pria. Peningset biasanya berupa kalpika (cincin), sejumlah uang, dan oleh-oleh berupa makanan khas daerah. Peningset ini bisa dibarengi dengan acara pasok tukon, yaitu pemberian barang-barang berupa pisang sanggan (pisang jenis raja setangkep), seperangkat busana bagi calon pengantin wanita, dan upakarti atau bantuan bila upacara pernikahan akan segera dilangsungkan seperti beras, gula, sayur-mayur, bumbon, dan sejumlah uang.
Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari pernikahan disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan perhitungan Jawa) kedua calon pengantin. Hal ini dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.

Pasang Tarub
Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai talinya. Agar pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa penyajian nasi tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar keluarga baru ini nantinya cukup harta dan keturunan. Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor yang bermaksud untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan memasuki tempat upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol keagungan.

Midodareni
Rangkaian upacara midodareni diawali dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni. Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna. Pelaku siraman adalah orang yang dituakan yang berjumlah tujuh diawali dari orangtua yang kemudian dilanjutkan oleh sesepuh lainnya. Setelah siraman, calon pengantin membasuh wajah (istilah Jawa: raup) dengan air kendi yang dibawa oleh ibunya, kemudian kendi langsung dibanting/dipecah sambil mengucapkan kata-kata: “cahayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Setelah itu, calon penganten langsung dibopong oleh ayahnya ke tempat ganti pakaian.
Setelah berganti busana, dilanjutkan dengan acara potong rambut yang dilakukan oleh orangtua pengantin wanita. Setelah dipotong, rambut dikubur di depan rumah. Setelah rambut dikubur, dilanjutkan dengan acara “dodol dawet”. Yang berjualan dawet adalah ibu dari calon pengantin wanita dengan dipayungi oleh suaminya. Uang untuk membeli dawet terbuat dari kreweng (pecahan genting ) yang dibentuk bulat. Upacara dodol dhawet dan cara membeli dengan kreweng ini mempunyai makna berupa harapan agar kelak kalau sudah hidup bersama dapat memperoleh rejeki yang berlimpah-limpah seperti cendol dalam dawet dan tanpa kesukaran seperti dilambangkan dengan kreweng yang ada di sekitar kita.
Menginjak rangkaian upacara selanjutnya yaitu upacara midodareni. Berasal dari kata widadari, yang artinya bidadari. Midadareni merupakan upacara yang mengandung harapan untuk membuat suasana calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua calon penganten diharapkan seperti widadari-widadara, di belakang hari bisa lestari, dan hidup rukun dan sejahtera.

Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau petugas agama.

Panggih
Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak endhog, dan mijiki.

Balangan suruh
Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur. Makna dari balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat dari daun sirih yang ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting) yang kemudian diikat dengan benang putih/lawe. Daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua penganten diharapkan bersatu dalam cipta, karsa, dan karya.

Ngidak endhok
Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara seksual, bahwa kedua pengantin sudah pecah pamornya.

Wiji dadi
Upacara ini dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi bunga setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa “benih” yang akan diturunkan jauh dari mara bahaya dan menjadi keturunan yang baik.

Timbangan
Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.

Kacar-kucur

Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.

Dulangan
Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman. Makna dulangan adalah sebagai simbol seksual, saling memberi dan menerima.

Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua.

Kirab
Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untu menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan membina keluarga dengan baik.

Jenang Sumsuman
Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan kata lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat walafiat. Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam hari, yaitu malam berikutnya setelah acara perkawinan.
Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar setelah acara perkawinan.

Makna atau Simbol yang Tersirat dalam Unsur Upacara Pernikahan

* Ubarampe tarub (pisang, padi, tebu, kelapa gading, dan dedaunan): bermakna bahwa kedua mempelai diharapkan nantinya setelah terjun dalam masyarakat dapat hidup sejahtera, selalu dalam keadaan sejuk hatinya, selalu damai (simbol dedaunan), terhindar dari segala rintangan, dapat mencapai derajat yang tinggi (simbol pisang raja), mendapatkan rejeki yang berlimpah sehingga tidak kekurangan sandang dan pangan (simbol padi), sudah mantap hatinya dalam mengarungi bahtera rumah tangga (simbol tebu), tanpa mengalami percekcokan yang berarti dalam membina rumah tangga dan selalu sehati (simbol kelapa gading dalam satu tangkai), dan lain-lain.

* Air kembang : bermakna pensucian diri bagi mempelai sebelum bersatu.

* Pemotongan rambut : bermakna inisiasi sebagai perbuatan ritual semacam upacara kurban menurut konsepsi kepercayaan lama dalam bentuk mutilasi tubuh.

* Dodol dhawet : bermakna apabila sudah berumah tangga mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah dan bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga.

* Balangan suruh : bermakna semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut.

* Midak endhog : bermakna bahwa pamor dan keperawanan sang putri akan segera hilang setelah direngkuh oleh mempelai laki-laki. Setelah bersatu diharapkan segera mendapat momongan seperti telur yang telah pecah.

* Timbangan : bermakna bahwa kedua mempelai mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada bedanya di hadapan orang tua maupun mertua.

* Kacar-kucur : bermakna bahwa mempelai laki-laki berhak memberikan nafkah lahir batin kepada mempelai putri dan sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan dan menjaga keseimbangan rumah tangga.

* Dulangan : bermakna keserasian dan keharmonisan yang akan diharapkan setelah berumah tangga, dapat saling memberi dan menerima.

* Sungkeman : bermakna mohon doa restu kepada orangtua dan mertua agar dalam membangun rumah tangga mendapatkan keselamatan, dan terhindar dari bahaya.

Gambar-gambar susunan Nikahan adat Jawa

Gambar diatas termasuk prosesi menyuapi anak untuk terakhir kalinya sebelum melepas anaknya yang dinikahkan. Pertanda dia kelak sudah menjadi tanggung jawab suaminya.

Beberapa contoh prosesi

Gambar berikut merupakan prosesi membersihkan telapak kaki suami. Menandakan menjadi istri yang bertanggung jawab pada suami, dan mampu melayani suami dengan baik.

Prosesi mengangkat istri dan anak. Yang di angkat oleh ayah dari sang putri dan suami dari si anak. 

Filosofi Pernikahan Menurut Adat Jawa

PERNIKAHAN  Jawa merupakan budaya warisan yang sarat makna. Karena itu, perkembangan kebudayaan Jawa merupakan keniscayaan yang menarik diamati. Sebab, dalam paradigma masyarakat Jawa, perkawinan bukan sebatas proses legalisasi hubungan antara laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu, perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga yang didasari unsur pelestarian tradisi. Karena itu masyarakat Jawa sering menggunakan beragam pertimbangan, dari bibit (latar belakang keluarga yang baik), bebet (mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga), dan bobot (berkualitas, bermental baik, bertanggung jawab, dan berpendidikan cukup).
Dalam setahun, misalnya, kita kerap menghadiri undangan perkawinan teman, relasi, atau kerabat yang semua orang Jawa. Namun hampir semua menggunakan konsep resepsi yang mencitrakan manusia modern: standing party, yang didesain event organizer (EO). Jarang sekali ditampilkan tradisi, baik berupa simbol maupun upacara yang dianggap sakral dari adat Jawa.
Makna Filosofis
Sebelum upacara perkawinan digelar, biasanya didatangkan pemaes (juru rias pengantin tradisional). Tugasnya tidak sekadar merias, tetapi juga menjelaskan beragam ritual penting dan pernak pernik (simbol-simbol) yang mesti dipersiapkan. Meski semua itu bukan kewajiban, bagi masyarakat Jawa tradisi tersebut mempunyai makna filosofis dan pesan penting yang tak boleh ditinggalkan. Di halaman rumah calon pengantin wanita atau gedung tempat resepsi, misalnya, biasanya dibuat gapura dengan hiasan tarub terdiri atas berbagai tuwuhan, yaitu tanaman dan dedaunan yang punya arti simbolis.
Ambil contoh, pohon pisang yang berbuah masak menyimbolkan suami yang menjadi kepala keluarga diharapkan mampu membawa keluarga baru beradaptasi dengan lingkungan dengan baik, rukun, dan langgeng hingga akhir hayat. Itu seperti gambaran pohon pisang yang tumbuh dengan baik, rukun, dan hanya berbuah sekali. Sepasang tebu wulung (tebu berwarna kemerahan)
berarti kemantapan pendirian dengan membina kehidupan rumah tangga sepenuh hati. Cengkir gadhing (kelapa muda berwarna kuning) berarti memiliki pikiran baik dan merasa sungguh-sungguh terikat dalam kehidupan bersama yang saling mencinta. Beragam dedaunan segar (beringin, majakara, alangalang) merupakan simbol pengharapan supaya hidup dan tumbuh dalam keluarga yang selamat dan sejahtera.
Semua itu bukan sekadar hiasan, melainkan memiliki pesan penting yang mesti disampaikan kepada pengantin. Perkembangan Teknologi Tak ayal, perkembangan teknologi menjadi salah satu penyebab persentuhan-pertukaran budaya tradisional dan modern. Pada titik itu, terjadilah perbandingan- pertimbangan yang mengakibatkan perkembangan budaya praktis-pragmatis. Unsur praktis dalam teknologi memunculkan asumsi budaya lokal sebagai budaya puritan, udik, dan ketinggalan zaman.
Sebaliknya, budaya asing yang mengglobal lebih berkesan modern, elegan, simpel, dan wah. Itulah yang perlu kita cermatipahami sebagai penanda dari iklim yang mengakibatkan pergeseran nilai dan makin rendah apresiasi terhadap perkawinan dalam adat dan simbol Jawa. Terbukti, tak sedikit upacara pernikahan selebritas top dari dalam dan luar negeri diekspose dengan balutan liputan. Sebuah informasi yang secara halus mengartikulasikan (menawarkan) produk budaya yang dirasa baru oleh masyarakat Jawa. Sementara alam bawah sadar kita terlalu mudah menerima hegemoni.
Maka lumrah bila kita khawatir dan cemas akan terjadi kepunahan tradisi tertentu. Sebab, sudah menjadi konsekuensi logis jika tradisi yang makin jarang kita jumpai secara lambat-laun kelak tergusur dan hilang tergerus arus globalisasi. Hegemoni kapitalis menutup celah kesadaran estetik-semiotik bangsa dalam menghargai dan melestarikan tradisi (budaya lokal) yang sarat makna.
Upacara perkawinan dalam budaya Jawa memang berkesan ribet dan tidak efektif, baik dari efisiensi waktu maupun efektivitas penggunaan dana. Akan tetapi, generasi penerus bangsa ini berhak tahu dan patut mewarisi budaya yang ada. Setidaknya, generasi penerus bangsa mengerti ada upacara tradisional dari segi filosofis dan makna atau pesan yang terkandung. Itu tak lain adalah upacara perkawinan Jawa beserta simbol-simbolnya.
 
Sumber : http://rindryantika.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-pernikahan-adat-jawa.html